Senin, 16 Oktober 2017

Refleksi Film Tai Chi Zero dan Tai Chi Hero

Baik film Tai Chi Zero maupun Tai Chi Hero memberikan pelajaran berharga dalam menghadapi kenyataan di masyarakat. Pesan keduanya tidak berbeda jauh dalam hal perbenturan tradisi dan modernitas. Hanya saja bumbu-bumbu berbeda disajikan di film pertama dengan karakter aktor utama yang heroik sedangkan di film kedua cenderung dengan roman dan family yang kental.

Dari yang saya tonton, modernitas pada film pertama benar-benar ditolak bahkan orang-orang desa tersebut bersama tetua mereka sepakat tidak menggunakannya. Kesan awal yang muncul, peralatan barat memberikan kemudahan dan solusi jitu namun sekaligus juga membahayakan. Ditambah lagi dengan penyalahgunaan mesin pembuat rel untuk menghancurkan desa. Dalam film kedua, modernitas yang disimbolkan dengan “sayap surga” sebaliknya menjadi penyelamat di saat buntu. Maka, menurut hemat saya modernitas itu harus digunakan dengan baik dan selektif.

Dalam khazanah kajian Al Qur’an, modernitas salah satunya berupa desakralisasi pemikiran agama yang dianggap masih tabu menurut masyarakat awam. Padahal maksud desakralisasi ini tidak mengacu pada Al Qur’an kalamullah yang suci melainkan pemikiran maupun penafsiran manusia yang relatif. Gagasan penggunaan hermeneutika juga sering ditolak karena identik dengan metode penafsiran Bible sehingga masyarakat muslim anti akan hal tersebut. Selain itu, lebih ekstrim lagi muncul pendapat “the death of author”. Namun upaya hermeneutis justru sangat dibutuhkan untuk menyingkap pesan Qur’ani sesungguhnya seperti yang ditawarkan teori double movement Fazlur Rahman. 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Labels