Senin, 16 Oktober 2017

Pemikiran Tafsir Kontemporer: ‘Adabi Ijtima’i Muhammad Abduh

Menurut Hussain Al-Dzahabi, Tafsir ‘Adabi Ijtima’i adalah tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa lugas, dengan menekankan tujuan pokok diturunkanya Al Qur’an kemudian mengaplikasikannya pada tatanan kehidupan sosial.  Istilah ini muncul setelah Muhammad Abduh sebagai pembaharu keilmuan dalam Islam khususnya bidang Tafsir. Dalam karya Abduh baik tafsir Juz ‘Amma dan tafsir Al Qur’an al Hakim(bersama Rasyid Ridha), Ia tidak menyebutkan istilah ‘Adabi Ijtima’i. Pengistilahan tersebut mempresentasikan metode tafsir Al Manar yaitu dengan menjelaskan ketinggian gaya bahasa (i’rab, balaghah) kemudian makna tersebut diberlakukan dengan kehidupan manusa. 

Dalam pandangan Jansen, tidak ada tafsir baru yang muncul di abad 19, sejak itu Abduh dan Ridha menggagas kembali jalan produktivitas tafsir abad 19 dengan dasar pemikiran yang baru. Kebanyakan mufasir klasik menguraikan penjelasan detail terhadap kata, tata bahasa Arab, dogma muslim, hukum, dan sunnah nabi menjadi ensiklopedia ilmu tersebut.   Sedangkan Abduh ingin memposisikan bahwa Al Qur’an sebagai sumber petunjuk (masdar hidayah).  Menurut pandangan Abduh, Al Qur’an tidak hanya berisi menjadi sumber hukum Islam maupun dogma, atau sebuah kesempatan mufasir untuk beradu intelektual, melainkan sebuah kitab yang mana umat muslim dapat memperoleh pengetahuan tentang dunia ini dan dunia mendatang. 

Menurut yang saya pahami tentang sosok Abduh bahwa Ia merupakan tokoh pembaharu yang diperhitungkan dalam diskursus Islam khususnya pada masa modern kontemporer. Latar belakangnya yang bukan seorang ahli teori melainkan aktifis yang mendukung langsung gerakan pembaharu menjadikan pemikiran baru dalam bidang tafsir. Kemungkinan fokus kajian Abduh terhadap sosial karena permasalahan yang terjadi di Mesir saat itu, yaitu rendahnya nilai moral dan sopan santun. Cita-citanya menjadikan Al Qur’an sebagai kitab hidayah merupakan kritik terhadap mufasir klasik namun ini sekaligus merupakan apresiasi terhadap ilmuwan. 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Labels